Chivu Menyatukan Kembali Inter yang Hancur Berkeping-keping di Munich
PALAPA BOLA – Inter Milan sempat kehilangan jati diri. Musim lalu yang nyaris berakhir dengan sejarah besar justru berubah menjadi musim paling mengecewakan. Mereka gagal meraih Serie A karena disalip Napoli, lalu diremukkan PSG dengan skor 0-5 dalam partai final Liga Champions di Munich. Kekalahan itu bukan hanya menghapus mimpi treble, tetapi juga menandai akhir masa Simone Inzaghi di San Siro.
Tak butuh waktu lama, Inzaghi menerima tantangan baru bersama Al Hilal. Di sisi lain, Inter ditinggalkan dalam kondisi rapuh — kehilangan arah, kepercayaan diri, dan semangat juang. Dalam situasi itu, Cristian Chivu datang membawa energi baru. Sosok yang dulu dikenal keras di lapangan kini mengambil peran penting di pinggir lapangan, mencoba menyatukan kembali potongan-potongan yang sempat hancur berkeping-keping di Munich.
Dua bulan pertama Chivu di musim 2025/26 menunjukkan perubahan nyata. Inter kembali disiplin, tajam, dan tampil dengan keberanian yang hilang di akhir musim lalu. Ia tidak sekadar memulihkan kondisi tim secara teknis, tetapi juga membangun kembali mentalitas juara yang sempat terkikis.
Paolo Condo, jurnalis Italia, memuji dampak besar Chivu terhadap mental para pemain Inter. Dalam wawancaranya dengan Corriere della Sera, ia berkata, “Enam pertandingan sudah cukup untuk memberi kedalaman pada kesan awal musim ini. Apalagi dalam empat tahun terakhir, jeda internasional kedua selalu menampilkan tiga dari empat tim yang akhirnya lolos ke Liga Champions di posisi teratas.”
Inter Membangun Kembali dari Luka Munich
Kekalahan telak di Munich menjadi titik balik. Dari kekalahan itu, Chivu menata ulang fondasi tim. Ia tidak menghapus jejak Inzaghi, tetapi menambahkan elemen baru dalam permainan Inter — vertikalitas. Cara bermain yang lebih cepat dan langsung ini membuat Inter terlihat lebih berani dalam menyerang tanpa kehilangan keseimbangan di pertahanan.
“Chivu akhirnya menyelesaikan puzzle yang hancur di Munich,” tulis Condo. “Ia menambahkan vertikalitas, yang dalam sepak bola modern identik dengan hiburan.”
Hasilnya terlihat jelas. Inter kini lebih efisien dalam membangun serangan dan menciptakan peluang. Permainan mereka lebih mengalir, dengan transisi yang cepat dari belakang ke depan. Dalam enam laga awal, Nerazzurri bukan hanya menunjukkan soliditas, tetapi juga keberanian menekan sejak menit pertama — sesuatu yang hilang di penghujung era Inzaghi.
Duel di Roma, Ujian Sebenarnya untuk Chivu
Setelah jeda internasional, AS Roma menanti di Olimpico. Laga itu bukan sekadar pertarungan dua tim besar, melainkan pertemuan antara pertahanan terbaik melawan serangan paling produktif di Serie A. Inter kini berada di peringkat keempat, hanya tertinggal tiga poin dari Roma di puncak klasemen.
Condo menilai duel itu akan menjadi ukuran sejauh mana Chivu mampu membawa Inter kembali ke level tertinggi. “Itu akan menjadi laga hebat,” tulisnya. Dan memang, laga ini memiliki semua unsur pertandingan besar — gengsi, momentum, dan ambisi kebangkitan.
Bagi Chivu, perjalanan ini bukan hanya tentang memburu kemenangan, tetapi juga membangun kembali kepercayaan diri klub yang sempat retak. Ia menyatukan kembali potongan puzzle yang hancur di Munich, satu demi satu, hingga membentuk kembali wajah Inter yang tangguh. Bila arah ini terus dijaga, kebangkitan Inter bukan lagi sekadar wacana, melainkan kenyataan yang mulai terlihat di setiap langkah mereka.