PALAPA BOLA – Program naturalisasi pemain keturunan telah terbukti menjadi kunci kebangkitan Timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Di bawah arahan Shin Tae-yong dan kini Patrick Kluivert, kekuatan Skuad Garuda terus menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Kedua pelatih memiliki pendekatan yang sama dalam hal memaksimalkan potensi para pemain keturunan. Namun, tentu saja ada perbedaan dalam nama-nama dan fokus yang mereka bawa ke dalam skuad.
Era kepelatihan Shin Tae-yong sukses meletakkan fondasi tim dengan mendatangkan banyak pemain yang kini menjadi pilar utama. Sementara itu, era Patrick Kluivert yang baru berjalan melanjutkan dan menyempurnakan kedalaman skuad dengan amunisi-amunisi baru yang tak kalah berkualitas.
Lantas, seperti apa perbandingan kekuatan Skuad Garuda di dua era kepelatihan yang berbeda ini? Simak ulasan singkatnya di bawah ini.
Fondasi STY, Penyempurnaan Kluivert
Era kepelatihan Shin Tae-yong yang berjalan selama lima tahun sukses melahirkan banyak pilar naturalisasi bagi Timnas Indonesia. Nama-nama seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, hingga Ragnar Oratmangoen menjadi tulang punggung tim yang tak tergantikan.
Hasilnya pun bisa kita lihat bersama, Timnas Indonesia berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan menembus babak 16 besar Piala Asia 2023. Pencapaian bersejarah ini membuktikan keberhasilan program naturalisasi yang masif di eranya.
Kini, di bawah komando pelatih baru Patrick Kluivert, program tersebut terus berlanjut dengan fokus pada pemain-pemain keturunan dari Belanda. Wajah-wajah baru seperti Ole Romeny, Joey Pelupessy, dan kiper tangguh Emil Audero langsung memberikan dampak positif bagi tim.
Kehadiran para amunisi baru ini sukses menyempurnakan kedalaman skuad yang sudah ada dan membuat tim menjadi semakin komplet. Dengan kontrak jangka panjang, Kluivert diyakini akan terus memperkuat tim demi mewujudkan mimpi besar tampil di Piala Dunia 2026.